TUGAS MAKALAH
“Teknologi Fermentasi
Tempe ”
OLEH
NAMA : DEWI SARTIKA SARAGIH
NIM : D1C011044
DOSEN : Ir. VINY SUWITA, M.Sc
TEKNOLOGI
HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Teknologi fermentasi merupakan ilmu dan tehnik terapan
yang saat ini berkembang pesat. Teknologi fermentasi menerapkan secara terpadu
cabang-cabang ilmu mikrobiologi,biokimia, kimia, keteknikan, biologi molekular
dan genetika. Teknologi fermentasi membuka lembaran baru dalam upaya
memanfaatkan bahan-bahan yang murah harganya bahkan tidak berharga
menjadiproduk-produk yang bernilai ekonomi tinggi dan berguna bagi
kesejahteraan manusia. Kemajuan –kemajuan yang dicapai di bidang teknologi
fermentasi telah memungkinkan manusia untuk memproduksi berbagai jenis
produk yang tidak dapat diproduksi
melalui proses kimia.
Teknologi fermentasi memiliki cakupan yang luas, yaitu mulai dari teknik produksi
makanan fermentasi, minuman beralkohol, produksi biomassa (inokulum, protein
sel tunggal), produksi asam-asam organik, asam-asam amino, enzim, vitamin,
antibiotika dan sebagainya sampai pada tehnik penangan limbah.
Setiap proses fermentasi mendayagunakan aktivitas
metabolisme suatu mikroba tertentu atau campuran dari beberapa mikroba. Dari
sudut industri, mikroba merupakan pabrik kimia yang mengubah bahan baku menjadi
berbagai jenis produk. Industri fermentasi modern mendayagunakan teknologi
mutakhir berdasarkan ilmu keteknikan yang maju dan pengetahuan yang mendalam
mengenai biokimia dan aktivitas metabolisme mikroba.
Industri fermentasi modern di indonesia masih sangat
terbatas. Mengingat potensi bahan baku yang melimpah di indonesia, maka upaya
pengembangan industri fermentasi untuk memproduksi berbagai jenis produk yang
bernilai ekonomi tinggi, perlu mendapatkan perhatian.
Aktivitas metabolisme mikroba mempunyai dasar yang
sama, tetapi masih ditemukan berbagai ragam variasi terhadap pola dasar ini.
Hal ini terbukti dari banyaknya ragam
bahan baku atau substrat yang dapat dicerna oleh suatu mikroba, dan banyaknya
jenis produk yang dapat dihasilkan pada berbagai kondisi lingkungan yang
diberikan.
Penelitian –penelitian di bidang teknologi fermentasi
telah banyak dan terus dilakukan, dan banyak pula hasilnya yang telah
diterapkan secara komersil. Penelitia –penilitian di bidang teknologi
fermentasi mencakup antara lain sifat-sifat biokimia dan aktivitas metabolisme
mikroba, mencari galur-galur baru yang
mampu memproduksi produk-produk baru
atau produk yang sudah ada dengan produktivitas yang lebih tinggi, pembakuan inokulum, mencari kondisi
yang optimum untuk pertumbuhan organisme tertentu dan produksi produk tertentu,
mencari bahan-bahan mentah terutama yang banyak tersedia dan murah harganya untuk dimanfaatkan sebagai substrat untuk
ditingkatkan mutu dan daya gunanya misalnya untuk makanan ternak, rekayasa
proses skala laboratorium, pilot plant dan skala industri. Teknologi fermentasi
ini mencakup proses fermentasi makanan dan proses fermentasi produk-produk tunggal hasil manipulasi
metabolisme seperti asam amino, nukleotida, asam organik, dan enzim.
1.2 Tujuan dan Manfaat
a.
Tujuan pembuatan
makalah
Bertitik
tolak dari latar belakang dan hal-hal yang menjadi objek pembahasan, maka tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
v Sebagai salah satu tuntutan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah teknologi fermentasi
v Untuk menambah serta
meningkatkan wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang teknologi
fermentasi khususnya fermentasi tempe kedelei.
b.
Manfaat
pembuatan makalah
Adapun
pembuatan makalah ini adalah :
v Kita dapat mengetahui tentang bahan baku yang dapat dicerna oleh mikroba
dan banyaknya jenis produk yang dapat dihasilkan pada berbagai kondisi
lingkungan yang diberikan.
v Dapat mengetahui proses-proses fermentasi pada jenis tempe kedelei.
BAB II
PEMBAHASAN
FERMENTASI MAKANAN
Berbagai jenis makanan dan minuman yang diproduksi melalui proses
fermentasi yang sangat digemari. Pada
dasarnya produk-produk fermentasi makanan dan minuman dapat dikelompokkan
menjadi
1.
Produk makan dengan nilai gizi tinggi
2.
Produk makanan
hasil fermentasi asam
3.
Produk dimana etanol merupakan hasil utama proses
fermentasi
4.
Produk
fermentasi yang dikonsumsi sebagai saus dan penyedap makanan.
Berdasarkan mikroorganisme yang aktif, produk-produk fermentasi ini
dapat dikelompokkan menjadi 1.Produk fermentasi khamir, 2. Produk fermentasi
kapang, 3. Produk fermentasi bakteri, 4. Produk fermentasi campuran.
Uraian
selanjutnya dalam bab ini mencakup berbagai contoh produk makanan hasil proses
fermentasi yang mewakili setiap kelompok produk fermentasi tersebut diatas.
2.1 Tempe kedelei
Di indonesia tempe kedelei merupakan
jenis makanan hasil proses fermentasi yang sangat digemari, karena memiliki
cita rasa yang khas dan relatif murah harganya. Di samping itu tempe sudah
dikenal oleh masyarakat indonesia sebagai makanan bergizi tinggi. Proses fermentasi tempe juga telah diterapkan
dalam pengolahan berbagai jenis kacang-kacangan menjadi produk makanan yang
sangat digemari, termasuk oncom yang dibuat dari bungkil kacang tanah.
2.2 Inokulum
tempe
Kapang dari jenis rhizopus
merupakan organisme terpenting dalam fermentasi tempe. Sejumlah spesies yang
sering ditemukan dalam tempe ialah R.oryzae,
R. oligosporus, R. stolonifer, R. arrhizus. Di antara spesies tersebut R.
oryzae dan R. oligosporus memegang peran utama dalam fermentasi tempe.
Miselium R. oryzae lebih panjang daripada R. oligosporus, sehingga tempe
yang dihasilkannya tampak lebih padat dan kompak daripada jika
hanya R.oligosporus yang
digunakan dalam fermentasi tempe. Akan tetapi jika tempe yang ingin diproduksi
diutamakan nilai gijinya, maka R.
oligosporus memegang peranan terpenting. Hal ini disebabkan karena selama
fermentasi berlangsung R.oligosporus mensintesa lebih banyak
enzim protease, sedangkan R. oryzae mensintesa lebih banyak enzim
amilase. Dalam pembuatan tempe kedua spesies ini sebaiknya dicampur dengan proporsi R.
oryzae dan R.oligosporus 1:2
(purwo Arbianto,1983).
Galur R.oligosporus NRRL 2710 telah berhasil diisolasi, dan dianggap
merupakan galur yang terbaik untuk memproduksi tempe (steinkraus,1983). Galur
ini memiliki sifat-sifat :
1)
Mampu tumbuh
cepat pada suhu 30-400C.
Pertumbuhan miselium mulai tampak setelah fermentasi berlangsung selama
12 jam dan selesai setelah 18-20 jam.
2)
Tidak dapat
memfermentasi sukrosa.
3)
Mempunyai
aktivitas proteolitik yang tinggi dan akan melepaskan amoniak bebas setelah fermentasi
berlangsung selama 48-72 jam. Amoniak
bebas ini bersifat lethal terhadap kultur
R. oligosporus.
4)
Mempunyai
aktivitas lipolitik yang tinggi
5)
Memproduksi antioksidan
6)
Mampu
menghasilkan tempe dengan flavor dan
aroma asli yang khas.
7)
Mampu tumbuh
pada substrat pati biji-bijian tampa memproduksi asam-asam organik dengan
tingkat konsentrasi yang dapat menyebabkan tempe terasa asam.
Jika tempe juga diinginkan sebagai sumber vitamin B12, maka bakteri kleibsela pnemonia merupakan organisme
yang penting dalam proses fermentasi tempe (curtis et all.1977). Sampai sejauh yang telah diteliti, bakteri
yang diketahui domninan pada semua tempe yang di produksi secara komersial,
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1)
Tidak
menyebabkan pembusukan tempe.
2)
Tumbuh pada suhu
15-450C. Suhu optimum untuk produksi vitamin B12 ialah 370 C.
3)
Pertumbuhannya
tidak mengganggu pertumbuhan R.
Oligosporus.
4)
Tumbuh pada pH
3,5, sehingga pengasaman kedelai sebelum fermentasi tidak mengganggu baik
kapang maupun bakteri.
5)
Memproduksi
vitamin B12 dengan aktivitas sekitar 150 mg per gram substrat kedelai.
Dewasa ini telah mulai digunakan inokulum tempe dalam bentuk bubuk.
Beberapa penelitian mengenai cara produksi dan aspek lain dari inokulum bubuk
telah di lakukan. Salah satu diantaranya ialah penelitian yang dilakukan oleh
Tanuwidjaja (1983), tentang pengaruh substrat terhadap daya simpan inokulum.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Daya sporulasi R. Oligospurus L36, dan
kultur campuran (Inokulum pasar), paling tinggi pada substrat beras, (2) Daya
tahan simpan inokulum substrat beras lebih tinggi dari pada substrat gabeng,
(3) Inokulum bubuk dapat digunakan sebagai starter untuk pembuatan inokulum
berikutnya dengan hasil yang stabil.
Prosedur
pembuatan inokulum bubuk substrat beras dalam skala laboratorium dan skala
rumah tangga, seperti yang dilaporkan Tanuwidjaja ialah sebagai berikut.
1.
Inokulum skala
laboratorium. Sebanyak 15 gram beras dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml,
kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1:1, dan di sterilkan pada suhu
1210C selama 15 menit. Setelah dingin substrat ini diinokulasikan
dengan spora kapang atau tempe pasar. Untuk setiap15 gr substrat ditambahkan
0,15 ml suspensi spora kapang atau 15 mg inokulum tempe pasar. Setelah
inokulasi substrat diaduk dan dipindahkan ke dalam wadah almunium (11 cm x 11
cm x 2 cm) steril, dan diratakan.
Inkubasi dilakukan pada suhu 300C selama 3 hari. Kemudian suhu
dinaikkan sampai 37-400C selama 3-4 hari, yaitu selama inokulum
mengering. Inokulum kering ini selanjutnya dihancurkan dalam blender steril.
2.
Inokulum bubuk
skala rumah tangga. Sebanyak 1 kg beras ditambahkan 1 liter air, dipanaskan
sampai semua air terserap, kemudian dikukus sampai matang. Substrat matang
dituangkan ke dalam tampah dan dibiarkan sampai dingin. Kemudian ditaburi
dengan inokulum bubuk sebanyak 1 gr/kg substrat kering, dan diratakan. Untuk
1kg substrat digunakan 4 buah tampah yang diameternya 50 cm. tampah-tampah ini
ditutup dengan tampah lain lalu dibungkus dengan kertas dan diinkubasi pada
suhu kamar selama 3 hari. Selanjutnya substrat yang telah penuh ditumbuhi
spora, dikeringkan dibawah sinar matahari. Inokulum kering dihancurkan dalam
blender.
Untuk menentukan kualitas inokulum tempe, dapat
dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut:
1.
Jumlah spora
hidup (viabel). Pada umumnya
penakaran inokulum yang digunakan dalam fermentasi tempe ialah sekitar 1-3 gr
untuk setiap 1 kg kedelai. Untuk menghasilkan tempe yang baik, jumlah spora
hidup yang terdapat dalam inokulum berkisar
antara 107-109 spora/gr. Penentuan jumlah spora
kapang yang hidup, dilakukan dengan metode hitungan cawan. Media yang dapat
digunakan antara lain potato dextrose
agar (PDA), yang diasamkan dengan asam tartrat sampai pH 4,0.
2.
Aktivitas
proteolitik dan amilolitik. Pengujian
aktivitas proteolitik ialah metode gelatin liquefaction, dengan
prosedur sebagai berikut. Sebanyak 10 ml larutan gelatin 10% dalam aquades,
dituangkan kedalam tabung reaksi dan disterilkan pada suhu 1210C
selama 10 menit, kemudian didinginkan. Setelah membeku, di atas permukaan
gelatin dalam tabung reaksi ditaburkan inokulum bubuk dan diinokulasikan pada
suhu kamar selama 2 hari. Kemudian tabung reaksi didinginkan pada suhu 40C
selama 10 menit. Tinggi gelatin dalam tabung reaksi yang tidak membeku, diukur.
Aktivitas proteolitik relatif dinyatakan
sebagai persen volume gelatin yang tidak membeku terhadap total volume gelatin.
2.3
Prosedur pembuatan tempe kedelei
Terdapat beberapa variasi dalam proses pembuatan tempe kedelei dan semuanya dimaksudkan
untuk menghasilkan tempe dengan citarasa yang disukai. Tahap
–tahap yang dilakukan dalam proses pembuatan tempe umumnya ialah pembersihan
biji kedelei, perebusan, pengupasan,
Inokulasi,
pembungkusan dan fermentasi.
Beberapa
prosedur pembuatan tempe kedelei yang umumnya dilakukan dirumah-rumah tangga di
indonesia, dan prosedur pembuatan tempe secara laboratorium, dapat dilihat pada
gambar 1,2,3 dan 4.
2.4 Perubahan biokimia selama fermentasi tempe
Selama proses fermentasi, kapang tempe akan berubah dengan cepat dan suhu biasanya akan meningkat
5-70C di atas suhu inkubator. Setelah fermentasi berlangsung 72 jam, total padatan terlarut meningkat dari 0,5% menjadi 2,5%. Total nitrogen relatif konstan.
pH meningkat dari 5 menjadi lebih dari 7
(steinkraus et al.1960).
Perubahan lipid
Kapang tempe memiliki aktivitas
lipolitik yang tinggi, yaitu menghidrolisa
Lebih dari sepertiga kandungan lemak kedelei setelah
72 jam fermentasi pada suhu 370C. setelah 69 jam proses fermentasi, kandungan
asam-asam lemak tempe meningkat dan asam linoleat merupakan asam lemak yang
dominan diikuti oleh asam oleat. Kenaikan kandungan asam lemak ini terlihat
dari kenaikan “acid number” dari 1,7 pada kedelei setengah matang menjadi 55,6
pada tempe setelah fermentasi berlangsung selama 48 jam (ansori rahman, 1992)
Perubahan karbohidrat
Karbohidrat utama yang
terdapat pada kedelei ialah sukrosa, stachyosa dan raffinosa. Selama fermentasi
berlangsung heksosa akan dicerna dengan cepat, tetapi hidrolisa stachyosa
berlangsung lambat (shallenberger et
al,1967)
Prosedur biasa Variasi
Kedelei
kering dan bersih Direndam
Dicuci bersih fermentasi
asam
Selama
2-12 jam
Direbus 2,5-3 jam
Direndam dalam air direndam dalam air
Bersih selama 1 malam perebus
selama 1
Fermentasi asam oleh bakter malam
(fermentasi )
Ph 4,5-5,3
Dikupas
dan dicuci
Ditiriskan Diuapi
selama waktu
tertentu
Inokulasi
Inokulasi
Ditiriskan dan
Dibungkus longgar dengan didinginkan
Daun
pisang atau kantong
Plastik berlobang
Inkubasi suhu
Kamar selama 30-40 jam
Tempe
Gambar 1. Diagram alir pembuatan
tempe secara tradisional
Kedelai utuh bersih
Direbus selama 30 menit untuk
Mempermudah pengupasan
Pengupasan dan pencucian
Direndam selama 1 malam
(fermentasi asam oleh bakteri)
Direbus 60 menit
Dalam air perebusan
Ditiriskan dan didinginkan
Inokulasi
Dibungkus dengan
Daun pisang
Fermentasi selama
38-40 jam
Tempe
Gambar 2. Diagram alir pembuatan tempe di rumah tangga indonesia (illyas dan
peng, 1997)
Kedelei bersih
Dikupas dengan “burr mill”
Direbus
Direndam dalam air rebusan
Selama 22 jam
Dicuci dan kulit dipisahkan
Direbus selama 40 menit
Ditiriskan dan didinginkan
Inokulasi
Dibungkus dengan kain saring
Inkubasi selama 24 jam
Dipindahkan ke dalam
kantong plastik berlobang-lobang
(200gr/kantong)
Inkubasi selama 14-16 jam
Tempe
Gambar 3. Diagram alir pembuatan
tempe secara laboratorium
(illyas dan
peng 1997)
Kedelei bersih
Direndam selama 1 malam
Dalam air yang ditambah
1% atau 85% asam laktat
(kedelei:air=1:3)
Dikupas dengan alat pengupas
(abrasive vegetable peeler)
Kulit dipisahkan
Dengan air mengalir
Direbus selama 90 menit
Dalam air perendam
(air+asam laktat)
Ditiriskan dan didinginkan
Sampai suhu 370C
Inokulasi
1gr inokulum/kg kedelei
Inkubasi pada suhu 370C
Dalam panci stainless steel
Dengan lobang-lobang berukuran
0,3cm setiap 5 cm
Tebal lapisan kedelei 3-5 cm
Tempe
Gambar4. Diagram alir pembuatan
tempe secara laboratorium (Ansori Rahman1992)
Perubahan asam –asam amino
Selama
fermentasi berlangsung lisin dan metionin mengalami penurunan. Pada fermentasi selama
36 dan 60 jam, lisin berturut-turut menurun sebanyak 3% dan 10% (Steinkraus et
al,1960). Selama fermentasi kandungan asam amino bebas akan meningkat. Pada
fermentasi selama 24 jam, indeks
asam-asam amino
essensial tidak mengalami perubahan.
Enzim proteolitik
Kapang R. oligosporus memproduksi 2 sistem enzim
proteolitik, yaitu enzim dengan aktivitas optimum pada pH 3,0 dan enzim dengan
aktivitas optimum pada pH 5,5. Kedua
sistem enzim proteolitik ini mempunyai aktivitas maksimum pada suhu 50-550C. Pada suhu 320C, aktivitas proteolitik maksimum akan tercapai setelah 72-96 jam (Ansori
Rahman, 1992)
2.5 Analisis
tempe kedelei
Analisis
kimia
Kandungan
nutrien utama dan sifat-sifat kimia tempe seperti protein, lemak, karbohidrat,
asam lemak bebas, nitrogen terlarut, nitrogen amino, total padatan terlarut dan
serat kasar dapat ditentukan berdasarkan
metode analisis yang umum digunakan dalam analisis pangan. Beberapa rujukan
yang dapat dipakai antara lain adalah AOAC,1970. Officials Methods of Analysis
of the Assosiation of Official Analitic Chemists
1. Jacobs, M,1962. The Chemical Analysis of Food Products
2. Egan et al,19881.Pearson’s Chemical Analysis of Foods.
Analisis
sifat fisik
Sifat fisik tempe kedelei yang
penting dan menentukan dari segi
penampakan ialah kekompakan antar biji kedelei dalam tempe. Sifat kekompakan
ini berhubungan dengan kelebatan pertumbuhan
miselium dan penetrasi miselium ke dalam biji kedelei.
Penentuan berat kering miselia per
satuan berat kering tempe merupakan petunjuk kelebatan pertumbuhan miselium.
Penentuan berat kering miselia dilakukan dengan prosedur sebagai berikut
(gavin,1992).
Contoh tempe yang diambil dari beberapa bagian tempe, ditambahkan ke
dalam campuran enzim pektinase, selulase dan hemiselulase dalam larutan buffer
asetat (pH 3,5-4,0) yang mengandung mertiolat (1:104). Campuran ini
kemudian diinkubasi pada suhu 500C
selama 24 jam, sambil digoyang menggunakan
reciprocating shaker bath. Setelah inkubasi, kultur disaring dengan
saringan 350 mesh. Miselium yang tertahan dikeringkan dan ditimbang. Yang
tertahan dalam saringan hanya terdapat sedikit hancuran kedelei, dan filtratnya
hanya mengandung sedikit potongan-potongan miselium (kurang dari 15%).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
v Mikroorganisme yang paling berperan dalam pembuatan
tempe adalah kapang R.oligosporus .
v Tempe dibuat
dari inokulum tempe yaitu : kapang dari jenis Rhizopus, sejumlah spesies yang sering ditemukan dalam tempe yaitu R.oryzae, R.oligosporus, R. stolonifer, dan
R.arrhizus.
v perubahan-perubahan biokimia selama
fermentasi tempe yaitu meliputi
perubahan lipid, perubahan karbohidrat, perubahan asam-asam amino dan enzim proteolitik.
Analisis tempe kedelei dapat dianalisis secara fisik dan kimia.
v Kandungan nutrien utama dan sifat-sifat kimia tempe
seperti protein, lemak, karbohidrat, asam lemak bebas, nitrogen terlarut,
nitrogen amino, total padatan terlarut dan serat kasar.
v Sifat fisiknya tempe dilihat dari segi penampakan
yaitu kekompakan antar biji kedelei
dalam tempe.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam membuat tempe
memperhatikan masalah sanitasi agar
mikroba yang tumbuh tidak terkontaminasi mikroba patogen dan pembusuk lainnya.
Disamping itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
kurang sempurna oleh karena itu jika ada saran diterima untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC,1984.Officials Methods of Analysis of the
Association of Offficial Analytical
Chemist. Washington DC.
Hesseltine,C.W dan K. Sibasaki.1991. Di dalam
Steinkraus,K.H.1993. Handbook of Indegineus Fermented food.Marcel Dekker,INC.
New York Basel
Ilyas,N. dan A.C.Peng.1997. Di dalam
Steinkraus,K.H.1993. Handbook of Indegineus fermented foods.Marcel
Dekker,INC.New York Basel
Rahman, Ansori.1992. Teknologi Fermentasi.Bandung:
Arcan kerja sama dengan Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
Tang ,T.C,S. Eswaran,B.H.nga,dan
G.lim.1999.Utilisation of protein and starch by aspergillus: Methods of
Screening for proteinase aqnd Amylase producing mutant.proc,GIAM-V Bangkok.
Tanuwidjaja,L. 1993. Pengaruh Substrat terhadap Daya
Tahan Simpan Inokulum Tempe. Mikrobiologi di Indonesia. Kumpulan Makalah
Kongres Nasional Mikrobiologi ke III. Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Indonesia
boleh minta filenya ga ?
ReplyDeletefoto fotonya ga bisa kebuka soalnya. :(
email : nindakurniaputri@gmail.com
Boleh minta filenya kak?gambarnya ga bisa kebuka soalnya
ReplyDeleteThe Most Successful Sites for Crypto, Casino & Poker - Goyang
ReplyDeleteGoyang Casino & Poker is one of the wooricasinos.info most famous goyangfc and well known crypto gambling https://febcasino.com/review/merit-casino/ sites, founded in 2012. They are popular because novcasino of their https://septcasino.com/review/merit-casino/ great